Tentang Saya

Halo teman-teman pecinta traveling! Perkenalkan, nama saya Budi, dan saya adalah penulis di balik blog “Kisah Perjalanan Chile” yang telah menemani petualangan virtual kalian selama beberapa tahun terakhir. Melalui halaman ini, saya ingin berbagi cerita lebih personal tentang perjalanan hidup saya yang membawa saya jatuh cinta pada negeri panjang di ujung benua Amerika Selatan ini.

Awal Mula Cinta pada Chile

Perjalanan saya dengan Chile dimulai pada tahun 2018, ketika saya masih bekerja sebagai konsultan IT di Jakarta. Saat itu, hidup saya terasa monoton – bangun pagi, macet di jalan, duduk di depan komputer seharian, pulang malam, dan begitu seterusnya. Saya merasa ada yang hilang dalam hidup saya, sesuatu yang lebih bermakna daripada sekadar mengejar target quarterly dan bonus tahunan.

Titik balik terjadi ketika teman kuliah saya, Andi, yang saat itu sedang menempuh program master di Santiago, mengirimkan foto-foto Torres del Paine yang memukau. Saya ingat betul, foto itu menampilkan siluet tiga menara granit yang menjulang tinggi dengan latar belakang langit senja yang berwarna oranye keemasan. Di moment itulah sesuatu di dalam diri saya tergerak. Ada panggilan jiwa yang tidak bisa saya abaikan.

Tanpa berpikir panjang, saya memutuskan untuk mengambil cuti panjang dan terbang ke Chile. Perjalanan pertama itu berlangsung selama tiga minggu, dan saya tahu sejak hari pertama menginjakkan kaki di Santiago bahwa hidup saya akan berubah selamanya.

Perjalanan Transformatif Pertama

Perjalanan perdana ke Chile bukan sekadar liburan biasa. Ini adalah transformasi spiritual yang mengubah cara pandang saya terhadap hidup. Saya memulai petualangan dari Santiago, lalu menuju ke utara untuk menjelajahi Gurun Atacama – gurun terkering di dunia yang menyimpan keajaiban luar biasa.

Di Valle de la Luna, saya duduk sendirian di atas bukit pasir sambil menyaksikan matahari terbenam. Suasana yang hening, hanya terdengar suara angin yang berdesir lembut, membuat saya merefleksikan hidup dengan cara yang belum pernah saya lakukan sebelumnya. Di tengah hamparan gurun yang seolah-olah berada di planet lain, saya menemukan kedamaian yang selama ini saya cari.

Pengalaman di Laguna Miscanti dan Miñiques memberikan saya pelajaran tentang keindahan yang terbentuk dari kesederhanaan. Air biru jernih yang memantulkan langit, dikelilingi oleh pegunungan vulkanik yang gagah, mengajarkan saya bahwa kebahagiaan sejati tidak selalu harus rumit atau mahal.

Kemudian perjalanan berlanjut ke selatan, ke Torres del Paine National Park. Trek W yang saya lakukan selama lima hari menjadi salah satu pengalaman paling menantang sekaligus memuaskan dalam hidup saya. Berjalan dengan beban backpack 15 kilogram, tidur di tenda di tengah cuaca Patagonia yang tidak menentu, dan menyaksikan sunrise dari Base Las Torres – semua itu mengajarkan saya tentang ketahanan mental dan fisik yang tidak pernah saya ketahui saya miliki.

Keputusan Besar: Menjadi Travel Blogger

Sekembalinya ke Indonesia, saya tidak bisa berhenti memikirkan Chile. Setiap hari, saya membuka foto-foto perjalanan dan merasa rindu yang mendalam. Teman-teman dan keluarga terus bertanya tentang pengalaman saya, dan saya menyadari bahwa cerita-cerita ini terlalu berharga untuk hanya disimpan untuk diri sendiri.

Awalnya, saya mulai menulis di blog pribadi sederhana, hanya sebagai cara untuk mendokumentasikan pengalaman dan berbagi dengan circle pertemanan. Namun, respon yang saya terima jauh melampaui ekspektasi. Banyak orang Indonesia yang ternyata penasaran dengan Chile, sebuah negara yang mungkin tidak sepopuler Eropa atau Jepang sebagai destinasi wisata, tapi menyimpan keindahan yang tak kalah menakjubkan.

Pada pertengahan 2019, saya membuat keputusan besar untuk resign dari pekerjaan korporat dan fokus penuh mengembangkan “Kisah Perjalanan Chile”. Keputusan ini tentu tidak mudah. Ada keraguan, ada ketakutan finansial, dan tidak sedikit orang yang menganggap saya gila meninggalkan “zona nyaman” untuk mengejar “mimpi yang tidak realistis”.

Tapi saya percaya pada passion saya, dan lebih dari itu, saya melihat potensi besar untuk memperkenalkan Indonesia pada keajaiban Chile yang masih belum banyak dikenal.

Metodologi dan Filosofi Traveling Saya

Sebagai travel blogger yang fokus pada satu negara, saya mengembangkan pendekatan yang cukup unik. Alih-alih traveling sebagai turis biasa yang hanya mengunjungi spot-spot populer, saya berusaha untuk benar-benar memahami dan menghayati setiap destinasi yang saya kunjungi.

Setiap trip yang saya lakukan memiliki persiapan yang matang. Saya tidak hanya mempelajari aspek geografis dan turistik suatu tempat, tapi juga sejarah, budaya lokal, flora fauna, bahkan geologi daerah tersebut. Ketika saya menulis tentang Atacama Desert, misalnya, saya tidak hanya bercerita tentang keindahan Valle de la Luna atau Geyser del Tatio, tapi juga menjelaskan proses geologis yang membentuk landscape unik tersebut, serta bagaimana masyarakat Atacameño tradisional beradaptasi dengan lingkungan ekstrem ini.

Pendekatan ini saya terapkan konsisten di semua artikel. Ketika menulis tentang Termas de Chillán, saya tidak hanya membahas fasilitas spa dan pemandian air panasnya, tapi juga menjelaskan proses vulkanik yang menghasilkan sumber air panas tersebut, sejarah pemanfaatan termal di daerah itu, serta manfaat kesehatan dari berbagai mineral yang terkandung dalam air panasnya.

Filosofi traveling saya adalah “slow travel” dengan depth exploration. Saya lebih memilih menghabiskan waktu lebih lama di satu tempat untuk benar-benar memahaminya, daripada berkeliling cepat hanya untuk checklist foto Instagram. Ketika saya mengunjungi Elqui Valley, misalnya, saya tinggal di sana selama dua minggu, belajar tentang produksi pisco, ikut serta dalam aktivitas astronomi di observatorium, bahkan belajar teknik meditasi dari local spiritual guide.

Tantangan dan Pembelajaran

Membangun blog yang kredibel dan informatif tentang Chile tidaklah mudah, terutama sebagai orang Indonesia yang harus menempuh perjalanan panjang dan mahal untuk sampai ke sana. Salah satu tantangan terbesar adalah aspek finansial. Setiap trip ke Chile membutuhkan investasi yang tidak sedikit – tiket pesawat PP Jakarta-Santiago saja bisa mencapai 25-30 juta rupiah, belum lagi biaya akomodasi, transportasi internal, dan kebutuhan selama di sana.

Untuk mengatasi hal ini, saya mengembangkan strategi traveling yang efisien namun tetap komprehensif. Saya biasanya melakukan trip panjang 2-3 bulan sekali atau dua kali dalam setahun, dan selama itu saya berusaha mengcover sebanyak mungkin destinasi dengan planning yang matang. Saya juga membangun network dengan local tour operator, accommodation provider, dan fellow travelers yang membantu saya mendapatkan insight dan kadang deal yang lebih baik.

Tantangan lain adalah barrier bahasa dan budaya. Meskipun saya belajar bahasa Spanyol secara otodidak, berkomunikasi dengan local masih menjadi challenge, terutama ketika saya harus menggali informasi mendalam tentang history atau tradisi lokal. Untuk mengatasi ini, saya often bekerja sama dengan local guide atau translator, dan seiring waktu kemampuan bahasa Spanyol saya semakin membaik.

Cuaca ekstrem Patagonia juga memberikan tantangan tersendiri. Saya pernah terjebak badai salju di Torres del Paine selama dua hari, dan pengalaman itu mengajarkan saya pentingnya persiapan equipment yang proper dan mental preparation yang kuat. Sekarang, setiap kali planning trip ke Patagonia, saya selalu menyiapkan contingency plan dan equipment yang sesuai standar mountaineering.

Koneksi dengan Komunitas dan Pembaca

Salah satu aspek yang paling saya hargai dari perjalanan blogger ini adalah koneksi yang terbangun dengan pembaca dan fellow travelers. “Kisah Perjalanan Chile” bukan hanya platform satu arah di mana saya berbagi cerita, tapi juga komunitas di mana pembaca aktif bertanya, berbagi pengalaman mereka, bahkan planning trip bersama.

Saya ingat ada seorang pembaca bernama Sari dari Surabaya yang terinspirasi artikel saya tentang Huilo Huilo dan memutuskan untuk honeymoon di sana. Dia berkonsultasi dengan saya selama berbulan-bulan untuk planning trip-nya, dan ketika dia kirimkan foto-foto perjalanan mereka, saya merasa sangat bangga bisa menjadi bagian dari momen spesial dalam hidup mereka.

Ada juga pembaca yang menggunakan blog saya sebagai referensi untuk research academic atau business. Seorang mahasiswa S2 geologi dari ITB pernah menghubungi saya untuk mendapatkan informasi detail tentang aktivitas vulkanik di Chaitén untuk thesis-nya. Interaction seperti ini membuat saya merasa bahwa apa yang saya lakukan memiliki value yang lebih besar dari sekadar entertainment.

Melalui media sosial dan email, saya juga membangun relationship dengan komunitas traveler Indonesia yang punya interest ke Chile atau South America secara umum. Kami sering sharing informasi, tips praktis, bahkan coordinate untuk group trip yang lebih cost-effective.

Evolusi dan Pengembangan Konten

Seiring waktu, konten “Kisah Perjalanan Chile” terus berkembang dan berevolusi. Awalnya, saya hanya menulis travel journal yang descriptive tentang pengalaman pribadi. Namun, berdasarkan feedback pembaca dan kebutuhan informasi yang saya lihat, konten blog berkembang menjadi lebih comprehensive dan informatif.

Sekarang, setiap artikel yang saya publish tidak hanya bercerita tentang pengalaman personal, tapi juga menyertakan informasi praktis seperti panduan transportasi, budget estimation, rekomendasi akomodasi, tips packing, dan bahkan informasi cuaca seasonal. Saya juga mulai menyertakan aspek cultural insight, historical background, dan environmental awareness dalam setiap artikel.

Konten tentang Valparaiso, misalnya, tidak hanya membahas street art dan arsitektur warna-warni kota pelabuhan itu, tapi juga menggali sejarah maritim Chile, perkembangan industri pertambangan yang mempengaruhi kemakmuran kota, serta isu-isu social ekonomi yang dihadapi masyarakat lokal saat ini.

Saya juga mulai mengembangkan serial artikel tematik, seperti “Chile untuk Adventure Seekers”, “Cultural Heritage Chile”, “Gastronomy Journey”, dan “Sustainable Tourism in Chile”. Pendekatan ini memungkinkan pembaca untuk mendapatkan informasi yang lebih focused sesuai dengan interest mereka.

Komitmen pada Akurasi dan Kualitas

Sebagai blogger yang fokus pada satu negara, saya merasa memiliki tanggung jawab besar untuk menyajikan informasi yang akurat dan up-to-date. Setiap artikel yang saya publish melewati proses research yang intensif, fact-checking, dan review berkali-kali.

Saya memiliki network sumber informasi yang reliable, mulai dari SERNATUR (Chilean National Tourism Service), park rangers dari berbagai national park, local tour operator yang sudah saya kenal bertahun-tahun, hingga expat Indonesia yang tinggal di Chile. Sebelum publish artikel tentang regulasi atau informasi praktis, saya selalu cross-check dengan multiple sources untuk memastikan akurasinya.

Saya juga committed untuk update informasi secara berkala. Setiap tahun, saya melakukan review menyeluruh terhadap semua artikel untuk memastikan informasi tentang harga, regulasi, atau kondisi akses masih relevan. Jika ada perubahan signifikan, saya akan update artikel tersebut dan inform pembaca melalui newsletter.

Aspek fotografi juga menjadi perhatian khusus. Semua foto yang saya gunakan adalah hasil jepretan sendiri, tidak pernah menggunakan stock photo atau foto dari sumber lain tanpa proper attribution. Saya invest dalam equipment fotografi yang proper dan terus belajar teknik photography untuk menghasilkan visual yang berkualitas dan autentik.

Visi ke Depan

Melihat ke depan, saya memiliki beberapa rencana besar untuk pengembangan “Kisah Perjalanan Chile”. Pertama, saya sedang bekerja untuk menerbitkan buku panduan wisata Chile dalam bahasa Indonesia – yang mungkin akan menjadi yang pertama dan paling komprehensif di Indonesia.

Saya juga planning untuk mengembangkan video content dan podcast series untuk memberikan pengalaman yang lebih immersive kepada audience. Dengan teknologi virtual reality yang semakin accessible, saya bermimpi suatu hari bisa memberikan virtual tour experience yang memungkinkan orang Indonesia “mengunjungi” Chile tanpa harus terbang jauh.

Kolaborasi dengan Chile Tourism Board juga sedang dalam discussion untuk program promoting Chile sebagai destinasi wisata untuk market Indonesia. Ini akan menjadi milestone penting karena bisa membuka lebih banyak opportunity untuk Indonesian travelers mengenal keindahan Chile.

Yang paling dekat, saya sedang merencanakan expedition khusus ke daerah-daerah remote di Chile yang belum banyak dikunjungi tourist, seperti Kawésqar National Park atau beberapa island di Chiloé yang masih pristine. Goal-nya adalah untuk memberikan konten yang benar-benar unique dan belum pernah ada sebelumnya.

Penutup

Perjalanan sebagai travel blogger yang fokus pada Chile telah memberikan saya lebih dari yang pernah saya bayangkan. Bukan hanya tentang menjelajahi tempat-tempat indah atau menghasilkan konten yang menarik, tapi juga tentang personal growth, building meaningful connections, dan hopefully inspiring others untuk step out of their comfort zone dan explore the beauty of our world.

Chile telah mengajarkan saya tentang resilience – seperti bagaimana pohon Araucaria bisa bertahan ribuan tahun di kondisi iklim ekstrem Patagonia. Tentang humility – seperti bagaimana kita merasa sangat kecil di hadapan glacier raksasa di Lago Grey. Dan tentang appreciation – bagaimana sunset sederhana di Antofagasta bisa memberikan kebahagiaan yang tak terhingga.

Melalui “Kisah Perjalanan Chile”, saya berharap bisa terus berbagi passion ini dengan lebih banyak orang, dan siapa tahu, suatu hari nanti Chile bisa menjadi destinasi impian yang lebih populer di kalangan traveler Indonesia.

Terima kasih telah menjadi bagian dari perjalanan ini. Setiap comment, share, dan feedback dari kalian adalah fuel yang membuat saya terus semangat exploring dan sharing. Mari kita terus menjelajahi keajaiban dunia, satu cerita pada satu waktu.

¡Hasta la vista, amigos!

Budi
Founder & Travel Writer, Kisah Perjalanan Chile